B2

B2
mencintaimu selamanya....

Sabtu, 05 Maret 2011

Oooh....Mertuaku....

Seperti yang sudah aku posting sebelumnya yang aku ambil dari beberapa sumber. Memang hubungan mertua perempuan dan menantu perempuan seringkali tidak indah. Ini seperti yang aku alami sendiri. Walau tidak terlalu seram tapi yaa lumayanlah bikin stres dan kadang menimbulkan konflik antara aku dan suami. Walau selalu ada jalan keluar setiap ada masalah tapi aku yakin di dalam hati mertuaku masih ada perasaan “lain” dan  belum sepenuhnya menerimaku sebagai menantunya.

Memang setelah hampir 7th menikah aku menyadari sikap mertua pada umumnya dan khususnya mertuaku karena perasaan cemburu terhadap menantu perempuannya. Mungkin dibenaknya aku dianggap perebut anak lelakinya. Apalagi mertuaku tidak punya anak perempuan, jadi tidak merasakan bagaimana beratnya berada “dipihak keluarga perempuan”.

Sebenarnya menurutku kalau mertua dan menantu sama-sama saling menyadari peranan masing-masing,pastilah tidak akan terjadi konflik. Bahkan seharusnya bisa saling mendukung untuk terciptanya keluarga yang harmonis.

“Seorang ibu pun tidak akan bisa memberikan kasih sayang seperti yang diberikan seorang isteri kepada suaminya. Begitu juga sebaliknya…seorang isteri tidak akan bisa memberikan kasih sayang seperti yang diberikan seorang ibu kepada anak laki-lakinya”.

Itulah intinya…!!!!!
Bahwa suami/anak laki-laki tetap membutuhkan kasih sayang seorang ibu sampai kapanpun, tapi seorang ibu pun harus menyadari bahwa anak lelakinya pun membutuhkan kasih sayang yang tidak bisa diberikan seorang ibu kepadanya.

Tapi yang terjadi, kadangkala mertua merasa cemburu saat anak lelakinya lebih mempercayakan keuangan kepada isterinya. Jadi seolah-olah “orang lain” yang menikmati keberhasilan anak lelakinya sedangkan mertua merasa “korban” karena dahulu bersusah merawat dan mengantar kepada keberhasilan tetapi disaat “berhasil” malah hidup bersama “orang lain”.

Tapi benarkah seorang isteri adalah “orang lain” bagi seorang mertua?? Padahal seorang anak lelaki saat dia memantapkan diri untuk menikah, tanggung jawab (tugas) seorang ibu diturunkan kepada menantunya. Mencuci baju-bajunya, memasak makanan kesukaannya, merawat anak-anaknya, merawat rumahnya. Mungkin kalau mertua mau egois, beliau masih bisa melakukan tugas-tugas umum tersebut. Tapi harus disadari pula bahwa anak laki-lakinya pun membutuhkan kasih sayang lain yang tiadak bisa diberikan seorang ibu.

Dahulupun…mertua (ibu) juga “mengambil anak orang untuk hidup bersama. Andai saja setiap mertua dan menantu menyadari itu, mungkin konflik tidak akan terjadi. Mertua kan juga menantu bagi orang lain. Jadi…setiap orang akan merasakan menjadi menantu juga menjadi mertua(kelak)..sooo….ngapain juga cemburu. Kan mengalami keduanya juga.  

Kelak…kalau aku pun diberikan kepercayaan untuk memiliki anak, aku pun akan merasakan bagaimana rasanya melepas anak untuk hidup bersama orang lain. Menyadari bahwa ini hanya perjalanan estafet yang harus ditempuh setiap manusia. Menyadari bahwa ini hanya sebuah perjalanan hidup…..

Akupun berharap hubunganku dengan mertua akan lebih baik. Aku tidak menganggap hubungannya tidak baik, tapi memang kusadari ada sedikit masalah. Aku hanya percayakan pada waktu, kelak pasti beliau akan menyadari bahwa apa yang aku jalani semata-mata memberikan kebahagiaan untuk anak lelakinya. Dan “nikmat” yang aku peroleh yang kata mertua selalu digembor-gemborkan adalah nikmat yang aku rasakan bersama anak lelakinya juga. Aku tidak menikamatinya sendiri, bahkan saat suamiku susah aku juga menikmatinya bersama. Jadi saat suamiku bahagia akupun merasakannya juga.

Jadi buat para mertua…tolong dong mengerti perasaan menantunya. Apalagi disama-samakan dengan menantu yang lain. Kebahagiaan bukan hanya terletak pada “harta” semata, kebahagiaan ada didalam rasa ikhlas menerima porsi masing-masing dalam keluarga. Bahwa …anda para mertua juga pernah(bahkan masih) menjadi menantu orang lain juga. Jadi mertua pun merasakan menjadi menantu orang lain juga. Jadi mengertilah….bagiamana kalau anda yang diperlakukan seperti itu? Tidak enak kan?

Jadi…janganlah cemburu mertuaku. Anak lelakimu tetap akan menjadi anak lelakimu. Aku tidak pernah merebutnya dari tanganmu. Dia tetap akan menjadi anak kebanggaanmu. Tapi mengertilah juga, bahwa dia  adalah tulang rusukku. Dia membutuhkan aku, seperti ayah yang membutuhkan ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar